MENCARI RUMAH/ APATO SEWAAN DI JEPANG ( bagian 2 )

              Melanjutkan tulisan saya minggu lalu, hari Sabtu ini saya dan teman saya kembali pergi mencari apato tipe keluarga. Stasiun tujuan kami masih sama yaitu Miyamadera di daerah Kawasaki Jepang. Ada dua tujuan kami hari itu, pertama kami ingin memenuhi janji kami kepada agen perumahan yang kamii temui minggu lalu dimana pada minggu ini ada dua apato yang hendak kami lihat. Kedua adalah kami ingin melihat apato di sebelah apato salah seorang teman yang juga orang Indonesia karena menurutnya ada satu apato yang kosong tepat di sebelah tempat tinggalnya. Tentu saja tujuan kedua ini lebih menarik perhatian kami, betapa tidak tinggal berdekatan dengan sesama orang Indonesia di negeri yang jauh tentu lebih menentramkan. Menurut informasi teman tadi, ada enam unit apato yang penyewanya adalah mahasiswa Indonesia baik yang telah berkeluarga maupun yang masih single.

              Akhirnya kami putuskan untuk terlebih dahulu pergi melihat apato yang berada di sebelah apato teman tadi. Dengan diantar teman tadi, akmi pergi menemui agen yang mengelola apato tersebut karena setelah kami melihat apato punya teman tadi, kami langsung cocok karena pasti unit apato tersebut sama dengan apato teman tadi. Sebetulnya dalam rencana kami, seandainya penyewaan apato tersebut bisa melalui agen yang kami temui minggu lalu, maka kami akan menunjuk dia saja karena staf agen tersebut sangat baik dan telah bersusah payah mengantarkan kami untuk melihat dua apato di daerah yang berbeda minggu lalu. Tapi karena menurut teman tersebut bahwa itu tidak mungkin dilakukan mengingat masing-masing apato dikelola oleh agen tertentu, akhirnya kami ikuti saran teman tadi yaitu pergi ke agen yang mengelola apato tersebut. Kami putuskan untuk membatalkan rencana dengan agen sebelumnya.

              Singkat cerita setelah bertemu dengan pihak agen, lalu kami dengan ditemani oleh salah seorang staf agen tersebut melihat kondisi apato yang kosong tersebut. Menurut dia kondisi tidak baik dan jika kami jadi menyewa, maka mereka memerlukan waktu sekita dua minggu untuk memperbaikinya. Setelah sampai di apato dan melihat langsung kondisinya, maka menurut penilaian kami kondisi apato tersebut masih sangat layak untuk dihuni. Barangkali standar layak kami yang lebih rendah disbanding ukuran Jepang. Memang ada beberapa bagian yang perlu diperbaiki tetapi sifatnya tidak berat.

              Dari pembicaraan dengan pihak agen tersebut ada beberapa informasi penting yang saya tangkap berkenaan dengan penyewaan apato di Jepang :

  • Pemilik apato akan bertanggung jawab untuk memperbaiki bagian apato yang rusak atau tua sehingga layak huni ( pada kasus kami seperti ada kaca jendela yang pecah, dan beberapa keramik kamar mandi yang pecah.
  • Untuk wallpaper dan tatami ( tikar jepang ), mereka menawarkan kepada kami apakah minta diganti dengan yang baru. Kalau ya, maka biaya penggantiannya akan dibebankan kepada penyewa. Kami memilih untuk tidak menggantinya karena kondisinya yang memang masih layak, disamping itu jika ingin diganti maka biaya yang harus dipersiapkan juga tidak sedikit. Hitungan kasar kami waktu itu bisa jadi mencapai hampir 80 ribu yen ( 8 jutaan rupiah ).
  • Tradisi orang Jepang ketika mereka ingin menempati tempat tinggal baru, biasanya mereka ingin segala sesuatunya baru seperti tatami, wall paper, dan sebagainya ( karena uangnya banyak kali ya ).
  • Karena kami siap menerima kondisi apato seperti yang ada sekarang tanpa memerlukan banyak perbaikan kecuali yang rusak tadi, pihak agen tersebut akan mengupayakan untuk mengurangi uang deposit yang harus kami bayar ( menegisiasikan dengan pemilik apato ) dari sebelumnya sebesar dua kali nilai sewa bulanan menjadi satu kali sehingga jika pemiliknya nanti setuju, maka kami hanya akan membayar apato tersebut di awal sebesar 3 kali nilai sewa dengan rincian 1 kali sebagi uang kunci ( tidak dikembalikan ), 1 kali deposit ( dikembalikan di akhir sewa dengan dikurangi nilai kerusakan yang mungkin ada selama kita menempati rumah ) dan satu kali untuk sewa bulan pertama ditambah nanti uang kebersihan.
  • Nilai sewa apato yang kami lihat tersebut 55 ribu yen per bulan dengan tipe 2 DK yakni ada dapur ( K=kitcen ), Ruang makan ( D= dining room ) yang sebenarnya menyatu dengan dapur serta 2 ruangan serba guna yang bisa dijadikan kamar atau ruang keluarga. Cukup nyaman untuk keluarga untuk ukuran di Jepang.
  • Apato tersebut sesuai dengan kriteria kami yakni dari segi harga, jarak yang hanya sekitar 10 menit jalan kaki ke stasiun, ada beberapa keluarga Indonesia dan lokasinya yang cukup nyaman.
  • Tahap selanjutya kami mengisi aplikasi yang diberikan pihak agen. Setelah itu pihak agen akan meminta persetujuan dari pemilik apato. Jika semuanya ok maka kami akan menjadi penyewa apato tersebut.

Tinggalkan komentar