Archive for the pengalaman di negeri sakura Category

BEGINI CARA ORANG JEPANG MEMBUANG SAMPAH

Posted in pengalaman di negeri sakura on Desember 6, 2011 by yardapoteker

            Teratur dan detil sepertinya telah menjadi darah daging bagi orang Jepang. Telah menjadi salah satu ciri bagi Kaisar Akihito dan rakyatnya. Barang kali ini pula yang menjadi salah satu penyebab majunya negeri ini sejajar dengan bangsa-bangsa Eropa. Yaa, salah satu aktivitas yang menggambarkan betapa teratur dan detilnya mereka adalah dari cara mereka mengelola pembuangan sampah. Sebagimana kita ketahui bersama bahwa hidup kita takkanbisa lepas dari yang namanya sampah. Bersih bukan berarti kita tidak pernah bersinggungan dengan sampah melainkan bersih adalah bagaimana cara kita bisa mengelola sampah tersebut sehingga tidak menimbulkan masalah. Berikut beberapa fakta tentang cara orang Jepang memperlakukan sampah

  1. Orang      Jepang mengelompokkan sampah-sampah mereka menjadi beberapa jenis, antara      lain sampah rumah tangga ( sisa-sia bahan masakan, kertas-kertas yang      sudah kotor, dll ), sampah-sampah berbahan plastik, sampah-sampah botol      dan kaleng, sampah-sampah khusus seperti alat-alat rumah tangga ( wajan,      penggorengan, radio, televise, lemari es, dll ) yang bereka bagi lagi      berdasarkan ukurannya ( besar dan kecil ).
  2. Orang      Jepang menetapkan jadwal pembuangan sampah dalam setiap Minggunya.      Misalnya di daerah tempat saya tinggal, sampah rumah tangga dibuang tiga      kali dalam seminggu ( Selasa, Kamis dan Sabtu ). Hari Senin adalah waktu      untuk membuang sampah-sampah kertas. Hari Rabu adalah waktu untuk membuang      sampah-sampah botol plastic, kaleng dan botol-botol kaca yang masing-masing      dikelompokkan berdasarkan jenisnya masing-masing. Sementara hari Jum’at      minggu ke-2 dan ke-4 setiap bulannya merupakan saat untuk membuang      alat-alat rumah tangga khusus. Hari Minggu adalah hari dimana tempat      pembuangan sampah menikmati kebersihannya alias tidak ada pembuangan      sampah. Sampah-sampah tersebut dijadwal secara tertulis agar ditaruh      ditempat pembuangan sampah sementara setiap harinya antara pukul 8 sampai      9 pagi. Jadi dihimbah untuk tidak membuang sampah di malam harinya. Memang      dari pengalaman saya pukul 8 – 9 ini tidaklah saklek dilaksanakan.      Misalnya banyak juga orang Jepang yang mulai menaruh sampahnya lebih awal.      Sementara datangnya truk pembuang sampah menandakan akhir pembuangan      sampah pada hari tersebut.
  3. Sudah      menjadi kebiasaan orang Jepang yaitu mereka membuang sampahnya dengan      rapi. Sampah-sampah dibungkus dengan plastik transparan ( tidak gelap ).      Sampah kertas dibuang dalam wadah kertas seperti kantung kertas bekas      belanjaan. Buku-buku bekas atau Koran mereka ikat dengan apik, dan lain      sebagainya. Kebiasaan ini membuat tempat-tempat sampah di Jepang bebas      dari bau.
  4. Untuk      membuang sampah yang berukuran besar, kita harus membayar uang daur      ulangnya. Biasanya sampah yang berukuran di atas 30 cm. Misalnya untuk      membuang kipas angin yang cukup besar ataupun sepeda, orang jepang harus      membeli stiker yang menurut sensei saya bisa dibeli di kombini store      seharga 500 yen.
  5. Pada      masa libur panjang seperti libur tahun baru dan Golden week yang lamanya      hampir satu minggu, pembuangan sampah ditiadakan dan biasanya telah      diinformasikan melalui website pemerintah setempat. Pada sat ini      tempat-tempat pembuangan sampah sementara biasanya ditutup misalnya dengan      menutup dan mengikatkan jarring tali penutup bak sampah sehingga      sampah-sampah tidak bisa dibuang dan dimasukkan kesana.
  6. Bak      sampah/ tempat pembuangan sampah sementara bersama banyak tersebar di      dekat hunian masyarakat.

Memang banyak yang harus kita pelajari dari neregi sakura ini. Salah satunya adalah cara membuang sampah mengingat sampah di Negara kita terutama di kota-kota besar masih merupakan masalah yang belum terselesaikan.Kotabesar sepertiJakarta,Bandung,Surabayadan kota-kota lainnya hendaknya bisa mengambil contoh dari orang Jepang. Sehingga kita nantinya bisa menikmatikotaJakarta, ataukotaBandungyang bersih dan bebas dari bau-bau yang tidak sedap.

INDAHNYA MUSIM GUGUR DI JEPANG

Posted in pengalaman di negeri sakura on Desember 5, 2011 by yardapoteker

            Musim gugur tahun 2011 ini merupakan musim gugur kedua saya di Jepang (Kawasaki,YokohamadanTokyoarea ). Musim gugur tahun lalu rasanya saya lewatkan begitu saja. Tidak seperti ketika saya menghadapi awal musim semi yang ditandai dengan bermekaran sakura dimana saya begitu antusias di dalam menyambutnya. Tapi musim gugur kedua ini cukup berbeda. Mungkin karena saat ini keluarga telah ada bersama saya sehingga saya juga jadi lebih perhatian dengan suasan musim gugur.

Keindahan Jepang di musim gugur sebenarnya telah saya dengar sejak awal kedatangan saya di Jepang dua tahun lalu. Dari sebuah tulisan di internet yang saya baca, saya dapatkan informasi bahwa musim gugur kadang disebut dengan musim semi kedua. Hal ini disebabkan karena indahnya daun-daun yang mengalami perubahan warna. Keindahan tersebut ternyata baru bisa saya rasakan dan nikmati di tahun ini. Ternyata benar, bahwa suasana musim gugur tak kalah indahnya dengan masa sakura. Kalau pada musim semi yang berlomba menampilkan warna adalah bunga, sedangkan di musim gugur, giliran dedaunan yang berpacu menampilkan keapikannya.

Momiji adalah pohon yang sangat terkenal di musim gugur. Perubahan warna daun dari hijau menjadi merah sebelum jatuh berguguran secara hampir bersamaan, membuat momiji menjadi salah satu icon penting di musim ini. Suatu ketika saya bertanya pada volunteer bahasa Jepang tentang spot yang bagus untuk menikmati momiji diTokyoarea. Tetapi mereka bilang bahwa perubahan warna momiji akan terlihat sangat indah di daerah-daerah yang perbedaan suhu antara musim panas dan dinginnya sangat kontras dan itu tidak diTokyoarea. Hal ini membuat saya terpaksa menunda keinginan untuk menikmati keindahan momiji sampai suatu ketika saya bija pergi ke daerah-daerah yang dimaksud. Tapi ini bukan berarti saya tidak bisa melihat perubahan warna daun momiji, karena di sekitar rumah saya pun cukup banyak terdapat pohon momiji.

Gingko adalah pohon lain yang juga sering disebut di musim gugur. Dan pohon ini sangat banyak terdapat diTokyoarea. Pohon ini banyak digunakan sebagai pohon pelindung seperti di sepanjang tepi jalan raya. Di kawasan kampus, perkantoran dan sebagainya. Jadilah di musim gugur tahun ini saya beserta keluarga berburu tempat yang asik untuk menikmati keelokan perubahan warna pohon tersebut di musim yang oleh orang Jepang disebut AKI. Salah satu tempat terdekat dari kediaman saya yang pernah saya tahu memiliki pemandangan pohon gingko yang bagus adalah kampus Universitas Tokyo. Kebetulan dari hasil penelusuran di GOOGLE ternyata mendukung berita tersebut. Jadilah pada hari minggu tanggal 26 November yang lalu saya sekeluarga beserta keluarga seorang teman, meluncur kesana, tapi sayang ternyata perubahan warna gingko belum mencapai puncaknya sehingga keinginan untuk menikmati indahnya gingko di musim gugur belum terpuaskan.

Dari volunteer bahasa Jepang, saya dapatkan kabar bahwa diKeioUniversityyang lokasinya cukup dekat dengan rumah saya, pemandangan gingko sangat bagus. Karena takut terlewatkan, maka pada hari minggu 4 Desember kemarin, saya dan keluarga pergi ke kampus tersebut dan ternyata memang, perubahan warna daun pohon gingko sepertinya sedang berada di puncaknya. Pohon-pohon gingko yang ada disanaberusia tua dan besar. Sebagian dedaunan yang telah berubah warna dari hijau ke kuning telah berguguran yang membuat permadani daun gingko di atas tanah tempat pohon-pohon tersebut tumbuh. Perkiraan saya dalam beberapa hari ke depan, hamparan permadani daun gingko tersebut akan semakin meluas dan menebal. Sungguh pemandangan yang membuat saya takjub.

JEPANG NEGERI SEJUTA TOKO RECYCLE ( BARANG SECOND )

Posted in pengalaman di negeri sakura on November 18, 2011 by yardapoteker

Saya jadi teringat akan kecemasan yang saya alami sekitar dua tahun lalu, tepatnya beberapa saat sebelum keberangkatan ke negeri yang diterpa Tsunami hebat pada Maret lalu ini. Saya cemas dengan tingginya biaya hidup diTokyo. Dan salah satu cara yang saya tempuh untuk menghadapinya waktu itu adalah dengan mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan sebisa mungkin dariJakarta. Jadilah istri tercinta menjadi sangat sibuk mempersiapkan segalanya, mulai dari pakaian, peralatan masak dan lain sebagainya. Sebetulnya salah seorang teman yang telah lebih dulu berangkat setahun sebelumnya sudah mengingatkan saya agar tidak perlu membawa terlalu banyak pakaian karena cukup mudah mendapatkan pakaian di Jepang. Tetapi tetap saja sulit menghalau rasa cemas tersebut dari hati.

 

Walaupun sudah berusaha untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya dari beberapa teman di Jepang, tetap saja ada saja informasi yang terlewatkan. Walhasil saya tidak bisa menggunakan peralatan listrik yang saya bawa dariJakartaseperti rice cooker, setrika, dan blender yang disebabkan perbedaan tegangan listrik antara Jepang denganIndonesia. Padahal sang istri telah susah payah membelinya di PasarJakarta. Yaa Tegangan listrik di Jepang 110 V dibanding Indonsia yang 220 V. Untuk urusan pakaian memang sedari awal sudah direncankan untuk mengupayakan pakaian musim dingin di Jepang karena memang pakaian musin dingin yang tebal akan menyita koper bawaan.

 

 

Pada minggu pertama saya diajak oleh dua orang teman yang telah lebih dulu mengenal Jepang untuk berbelanja pakaian dingin seperti baju sweater dan jaket di salah satu toko second hand di daerah dekat pasar Okachimachi. Harga baju sweater layak pakai sekitar 300 sampai 500 yen. Setelah berbelanja di toko tersebut barulah hati saya agak tenang karena ternyata untuk urusan pakaian tidak menjadi masalah di Jepang asalkan kita tidak merasa keberatan untuk mengenakan pakaian second hand. Dan seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak toko-toko yang menjual barang-barang second hand yang sangat layak pakai atau bahkan bisa dibilang masih baru yang saya temukan di Jepang. Sehingga sampai sekarang saya menjadi seorang yang sangat hobi mengunjungi toko-toko second hand. Kunjungan ke toko second hand tidak mesti untuk berbelanja melainkan, tetapi terkadang hanya untuk melihat-lihat berbagai macam barang yang sangat beraneka ragamnya.

 

Beberapa toko second hand yang pernah saya kunjungi antara lain

 

  1. Hard OFF (www.hardoff.co.jp ), merupakan jaringan toko barang-barang second yang sudah dikelola secara professional.. Untuk mengunjungi websitenya tinggal dengan mudah menggunakan kata kunci Hard Off di mesin pencari google. Barang-barang yang dijual sangat bervariasi. Mulai dari pakaian, perlengkapan rumah tangga, sepeda, perlengkapan olah raga, musik, dan lain-lain. Dari yang tidak bermerek sampai yang bermerek.
  2. Treasure Factory ( www.treasure-f.com ), sejenis dengan Hard Off..
  3. Gorilla, saya baru sekali mengunjungi outlet toko ini. Tapi sepertinya juga mirip dengan Hard off dan Treasure factory, tetapi dari toko yang saya kunjungi sepertinya tidak sebesar kedua toko second sebelumnya
  4. Toko-toko second hand yang dimiliki oleh perorangan. Dari pengalaman saya, cukup banyak jumlahnya.
  5. Pasar free market. Merupakan pasar yang biasanya buka pada hari Sabtu atau Minggu atau pada momen tertentu. Banyak masyarakat yang menjual barang-barang milik mereka yang masih layak. Jumlah stand bervariasi bisa puluhan sampai ratusan.

 

Jadi selamat berburu di toko recycle Jepang!

INI DIA, GAJI PEGAWAI NEGERI DI JEPANG

Posted in pengalaman di negeri sakura on November 10, 2011 by yardapoteker

Sudah mejadi kegiatan rutin saya setiap hari Selasa sore yakni mengikuti kursus bahasa Jepang gratis yang diadakan oleh city hall/ shiminkan salah salah satu wilayah di Kawasaki. Setiap pertemuan biasanya tenaga volunter pengajar bahasa membawa satu atau beberapa topik yang akan digunkan sebagai bahan pembicaraan. Saya sangat senang karena dari diskusi ini banyak informasi yang saya peroleh berkenaan dengan kehidupan di Jepang dari sensei. Salah satu sensei saya tahun ini menurut saya memiliki wawasan yang sangat luas, begitu juga dengan pengalaman hidup. Dia yang saat ini telah berusia 72 tahun semasa produktifnya pernah bekerja di beberapa negara dan juga sempat ke Indonesia untuk urusan pekerjaan. Menurutnya jabatan terakhirnya adalah Auiditing director.

Hari Selasa kemarin sensei membawa sebuah koran terbitan pemerintah kota Kawasaki tertanggal 1 November 2011.  Salah satu halaman koran tersebut memuat informasi tentang gaji pegawai negeri di kota Kawasaki dan juga pegawai pemerintah pusat. Menurut sensei tadi topik ini selalu dia bawa ke kelas setiap tahunnya dan menurutnya lagi topik itu pula selalu menarik perhatian anggota kelas. Dan saya termasuk yang sangat tertarik dengan informasi tersebut. Berikut beberapa point penting yang ada di dalam koran tersebut :

  1. Untuk fresh graduate universitas besarnya gaji bulanan adalah 201.152 yen ( Kawasaki ), 202.944 yen ( Pegawai negara Jepang ).
  2. Fresh graduate sekolah menengah atas 161.840 yen ( Kawasaki ), 156.912 ( Jepang )
  3. Untuk pegawai general yang saat ini usianya rata-rata 40 tahun bergaji 323.284 yen  yang bila termasuk bonus menjadi 464.058 yen ( Kawasaki ) sedangkan untuk pegawai teknikal 323.034 yen dan jika diperhitungkan dengan bonus menjadi 419.056 yen ( Kawasaki ).
  4. Bonus tahunan kira-kira 3 sampai 4 kali gaji bulanan
  5. Selain gaji bulanan, seorang pegawai juga menadapatkan sejumlah tunjangan seperti tunjangan suami/ istri 15.300 yen per bualan, tunjangan anak 6.800 yen, tunjangan khusus bagi pegawai yang tinggal di daerah lain, tunjangan rumah, serta tunjang transportasi.
  6. Ketika pensiun ( usia 60 tahun ), seorang pegawai akan mendapat uang pesangon sebesar 26.650.000 yen

Sedangkan gaji bulanan wali kota kawasaki adalah 1.250.000 yen. Gaji tersebut merupakan gaji pegawai berstatus pegawai pemerintah. Sedangkan gaji pegawai swasta bisa bervariasi tergantung kepada besar kecilnya perusahaan tempat mereka bekerja. Bisa lebih besar atau lebih kecil dibandingkan gaji pegawai pemerintah.

ORANG JEPANG BEGITU MENGHARGAI KEJUJURAN

Posted in pengalaman di negeri sakura on November 9, 2011 by yardapoteker

Suatu hari istri saya pernah mengajak saya untuk mengevaluasi pengeluaran bulanan kami, secara khusus pengeluaran untuk pos jalan-jalan keluarga. Bukan berarti selama ini kami tidak memiliki Anggaran belanja keluarga, tetapi karena kami ternyata keasikan menikmati fasilitas jalan-jalan murah dengan menggunakan tiket one day pass yang dikeluarkan oleh perusahaan bus di Jepang. Kami jadi lebih sering menggunakan bus dibandingkan waktu-waktu sebelumnya ketika kami belum mengetahui tentang keberadaan tiket jenis tersebut.

Kembali ke permasalahan yang terkait dengan judul tulisan ini. Saya mengambil kesimpulan seperti itu ( mungkin terlalu dini ) berdasarkan pengalaman yang pernah saya dan keluarga alami. Di salah satu akhir pekan, seperti akhir-akhir pekan lainnya saya sekeluarga ingin menikmati jalan-jalan di Jepang dengan menggunakan bus. Dan seperti biasa pula seperti yang telah menjadi kesepakatan dan tekad kami sekeluarga bahwa untuk kegiatan jalan-jalan tersebut kami akan memanfaatkan one day pass ticket yang di Jepang disebut dengan ichi nichi kippu ( ichi = 1, nichi = hari, kippu = ticket ). Yaa tekad ini sepertinya telah mendarah daging di dalam keluarga kami sehingga anak pertama dan kedua saya sudah sangat hapal dan terbiasa menyebutkan ichi nichi kippu tersebut. Pokoknya jika ingat jalan-jalan maka merekapun akan ingat ichi nichi kippu. Sedikit meriview bahwa ada dua jenis ichi nichi kippu yang sering kami gunakan, yakni ichi nichi kippu biasa dan inchi nichi kippu untuk keluarga. Jika jenis pertama satu tiket hanya berlaku untuk satu orang, sedangkan yang kedua bisa dipakai untuk satu keluarga ( tiga orang yang sudah diharuskan bayar tiket alias usia sekolah dasar ke atas ). Kalau yang pertama harga dewasanya 500 yen dan anak-anak separuhnya, maka tiket jenis kedua untuk satu lembarnya beharga 600 yen. Tentu saja jenis kedua menjadi pilihan utama dan favorit kami walaupun jenis pertamapun cukup sering kami gunakan mengingat bus yang mengeluarkan tiket keluarga tadi tidak menjangkau semua kawasan.

Ketika itu kami menggunakan bus yang mengeluarkan tiket keluarga. Segera setelah menaiki bus saya menyamapaikan maksud saya kepada supir bus untuk membeli tiket keluarga tersebut. Tapi sayang pada saat itu supir bus tersebut sedang kehabisan tiket jenis itu. Karena sebelumnya saya tidak pernah mengalami kejadian seperti itu, maka yang ada dalam benak saya pada waktu itu adalah saya harus membeli tiket normal untuk masing-masing anggota keluarga saya dan ini berarti ongkos jalan-jalan hari itu menjadi lebih mahal dari yang sudah diprediksi. Tetatapi supir bus tadi segera memberi tahu kami bahwa kami bisa membeli tiket pada bus berikutnya dan kami segera dipersilahkan untuk duduk dengan tidak melakukan pembayaran pada bus itu. Ada perasaan kurang enak juga rasanya karena naik bus tapi tidak bayar. Tetapi setelah difikir-fikir bawa saya akan tetap membeli tiket pada bus berikutnya dan itu artinya perusahaan bus tersebut juga akan mendapatkan jumlah uang yang sama dari saya, maka perasaan tidak enak tersebut segera menghilang. Dan memang sesuai dengan tekad kami, bahwa kami akan membeli tiket pada bus berikut dari perusahaan bus yang sama sehingga perusahaan bus tadi juga tidak kami rugikan.

Kejadian itu sempat menjadi bahan diskusi kecil kami selama diperjalanan. Kami menjadi lebih terpesona dengan apa yang diperlihatkan oleh sikap orang Jepang yang dalam hal ini diwakili oleh sopir bus.  Sopir bus tadi begitu percaya kepada kami bahwa kami akan membeli tiket di bus perusaannya, padahal kan seandainya kami waktu itu tidak melakukan hal tersebut dan membeli tiket di bus perusahaan lain, dia juga tidak akan tahu dan tentunya perusaan bus tadi akan rugi.  Kejadian itu membuat kami berfikir bahwa betapa orang Jepang begitu menghargai kejujuran. Kejadian sejenis tidak hanya sekali kami alami. Kamipun pernah mengalami kejadian lainnya di bus perusahaan yang lain.

 

 

Bantuan Biaya Berobat (BBB) dari Pemerintah Kota Kawasaki

Posted in pengalaman di negeri sakura on September 8, 2011 by yardapoteker

Berkenaan dengan bantuan biaya berobat dari pemerintah kota Kawasaki ini pernah saya tulis beberapa waktu lalu. Jika waktu itu saya menyampaikan  jawaban dari pemerintah kota Kawasaki atas email yang saya kirimkan, maka kali ini saya akan berbagi tentang pengalaman saya terkait dengan BBB ini.             Biaya hidup yang terkenal tinggi di Tokyoarea tentunya mengharuskan kita untuk memutar otak. Kita harus memutar otak untuk mencari tahu bagaimana caranya agar kita bisa tetap hidup dengan nyaman di negeri ini. Dua cara utama yang tentunya harus kita lakukan adalah : Menambah pemasukan dan Mengerem atau mengatur pengeluaran. Salah satu pengeluaran yang cukup sering adalah biaya kesehatan. Dengan tiga orang anak yang masih kecil dimana anak-anak pada umumnya lebih rentan terhadap penyakit dibandingkan dengan orang dewasa, maka saya berfikir bahwa biaya kesehatan tentunya menjadi sesuatu yang harus saya perhatikan.

Suatu ketika, saya pernah mendengar salah seorang teman yang telah lebih dulu membawa anak ke Jepang yang mengatakan bahwa dia setiap kali membawa anaknya yang beumur 4 tahun ke dokter untuk beobat, hanya membayar sebesar 300 Yen. Seorang teman yang lain juga pernah menceritakan pengalamannya ketika dia tidak harus membayar satu yen pun untuk tindakan operasi yang dialami anaknya di sebuah rumah sakit. Tentu saja pengalaman-pengalaman tersebut melegakan hati saya karena banyaknya keringanan yang diberikan oleh pemerintah Jepang kepada para orang tua yang memiliki anak. Tapi waktu itu ada sesuatu hal yang agak mengganjal fikiran saya yakni apakah keringanan biaya kesehatan tersebut berlaku seantero Jepang atau tidak. Kekhawatiran ini timbul mengingat saya dan teman-teman tadi tinggal di prefektur/ propinsi yang berbeda. Di rumah, kemudian saya terus berupaya mencari informasi di internet tentang hal tersebut sampai akhirnya saya menemukannya dan munculnya jawaban atas email seperti yang saya sebutkan di atas.

Pada saat keluarga saya tiba di Jepang, salah satu hal pertama yang saya lakukan adalah mendaftarkan mereka sebagai peserta asuransi kesehatan. Dengan asuransi kesehatanan tersebut menanggung 70 % biaya kesehatan bagi anak sekolah dasar ke atas dan 80% bagi anak di bawahnya. Kemudia sayapun segera mengurus BBB di tempat yang sama hanya berbeda meja saja. Dalam waktu yang tidak sampai setengah jam, kartu BBB untuk kedua anak saya yang berusia 9 bulan dan 4 tahun 8 bulan waktu itu jadi sudah. Proses pembuatannya tidak berbelit-belit. Saya cukup membawa kartu identitas anak-anak, kartu asuransi serta kartu identitas saya. Sampai sekarang, kartu BBB tersebut telah beberapa kali saya manfaatkan ketika saya harus membawa anak-anak berobat ke dokter dan pada saat menebus obat di apotek. Dengan kartu BBB saya tidak perlu mengeluarkan uang satu yen pun terhadap biaya pengobatan anak-anak saya.

TERIMA KASIHKU UNTUK PEMERINTAH JEPANG

Posted in pengalaman di negeri sakura on September 5, 2011 by yardapoteker

Hampir dua tahun sudah saya menjalani kehidupan sebagai  mahasiswa di negeri Sakura. Banyak sudah suka yang telah saya reguk. Sementara  satu-satunya duka yang saya rasakan adalah hidup terpisah dari istri dan anak.  Tapi itupun saat ini telah sirna karena sudah beberapa bulan ini kami berkumpul  bersama untuk  eraih kebahagiaan hidup di negeri yang sebagian masyarakatnya  sangat menyukai SUSHI ini ( makanan yang berasal dari hewan laut segar ).  Hidup dengan lima  anggota keluarga di kawasan Tokyo  metro dengan hanya mengandalkan beasiswa tentunya memerlukan pengaturan yang  ketat dari segi anggaran. Seperti yang pernah saya tulis pada tulisan terdahulu  bahwa uang beasiswa bulanan yang didapat bisa diatur sehingga mampu memenuhi  perputaran roda rumah tangga, tentunya dengan menerapkan berbagai macam tips  hidup hemat. Tapi bukan hal itu yang akan saya sampaikan pada ulasan kali ini.  Dalam suasana yang masih fitri ini saya ingin mengungkapkan rasa terima kasih  yang begitu dalam kepada pemerintah Jepang atas kemudahan yang telah mereka  berikan kepada saya dan keluarga selama ini. Kemudahan yang mungkin belum tentu  kami dapat sekalipun itu di negeri sendiri.

Kemudahan-kemudahan tersebut sangat  besar artinya bagi kami dalam mengarungi kehidupan beberapa tahun di Jepang.  Kemudahan-kemudahan tersebut sangat melegakan hati kami di tengah keraguan dan  ketakutan akan tingginya biaya hidup di Tokyo  area. Terlebih beasiswa yang selama ini saya terima sebenarnya diperuntukkan  untuk biaya hidup mahasiswa sebagai pribadi tidak untuk anggota keluarga.  Adapun kemudahan-kemudahan yang telah saya saya dan keluarga peroleh selama ini  dari pemerintah Jepang adalah sebagai berikut :

  • Kami diberi kesempatan untuk tinggal di apartemen milik pemerintah yakni pemeritah Kota Kawasaki ( salah satu kota yang ada di propinsi tetangg Tokyo ). Tentunya tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan seperti ini karena jumlah apartemen yang tersedia jauh dibawah jumlah peminat. Biaya sewa bulanan yang tidak sampai sepertiga biaya sewa apartmen beberapa teman mahasiswa yang tinggal di apartemen nonpemeritah, tentunya membuat kami bisa agak melongarkan ikat pinggang. Biaya deposit yang lebih ringan serta tidak adanya uang kunci dan fee agen pada saat awal penyewaan apartemen seperti yang lazim ada jika kita hendak menyewa apartemen nonpemerintah, juga sangat menggembirakan hati kami.
  • Kami tidak harus membayar pajak pendapatan karena mahasiswa dianggap sebagai masyarakat dengan pendapatan zero yen. Meskipun tercatat sebagai mahasiswa penerima beasiswa, saya termasuk ke dalam masyarakat yang tidak perlu membayar pajak penghasilan yang kata teman saya yang bekerja di Jepang, nilainya cukup besar.
  • Kami membayar asuransi kesehatan yang relatif ringan setiap bulannya. Langkah bijak untuk menyiasati biaya kesehatan yang menurut saya mahal di Jepang adalah dengan cara ikut serta sebagai peserta asuransi kesehatan. Sebagai penerima beasiswa, saya telah didaftarkan sejak awal pada asuransi kesehatan pemerintah. Besarnya uang premi bulanan ditentukan berdasarkankan penghasilan masyarakat. Dengan latar belakang mahasiswa perpendapatan zero yen, maka saat ini kami sekeluarga ( seorang istri dan tiga anak ) setiap bulannya dikenakan premi antara 3.800 sampai 4.400 yen. Dan alhamdulillah sekali bahwa biaya premi ini dicover oleh beasiswa. Asuransi kesehatan ini menanggung 70 persen dari total biaya kesehatan ( dewasa dan anak mulai usia sekolah dasar ) serta 20 persen bagi anak-anak usia pra sekolah dasar ke bawah

  • Dua orang anak kami yang berumur di bawah 6 tahun ( pra sekolah )  mendapatkan kartu berobat dari pemerintah Kawasaki. Kartu berobat tersebut mencover 20 persen biaya kesehatan yang tidak ditanggung oleh asuransi kesehatan. Sehingga dalam beberapa kesempatan, ketika kami harus membawa kedua anak kami berobat ke dokter karena ada masalah dengan kesehatan, kami nyaris tidak membayar satu yen pun untuk kedua anak kami tersebut. Kartu berobat ini oleh pemerintah Kawasaki diperuntukkan bagi masyarakat dengan penghasilan tertentu. Dan Saya sebagai mahasiswa penerima beasiswa termasuk salah satunya.

  • Anak pertama kami yang saat ini duduk di kelas satu sekolah dasar, juga mendapatkan kemudahan dari pemerintah Kawasaki. Kemudahan tersebut berupa bantuan biaya untuk keperluan sekolah seperti biaya buku, minum susu siang di sekolah dan lain sebagainya ( sementara biaya sekolah memang gratis ).  ehingga bisa dikatakan kami tidak harus menyiapkan anggaran khusus untuk keperluan ini. Bantuan sekolah ini kami ajukan pada saat pertama anak kami mendaftar sekolah dulu. Menurut salah seorang teman yang telah lebih dulu mendapatkan kemudahan ini, pengajuannya bantuan sekolah ini harus  diperbaharui setiap tahun.
  • Ketiga anak kami seperti anak-anak yang lain di seluruh Jepang, juga mendapatkan tunjangan anak ( child allowance ) setiap bulannya dari pemerintah Jepang yang besarnya 13.000 yen per anak. Tunjangan yang nilainya sangat melegakan.
  • Kami bisa menikmati jalan-jalan sekeluarga dengan menggunakan bus milik Kawasaki City dengan membeli tiket keluarga yang sangat ekonomis. Dengan 600 yen, kami bisa naik turun bus tersebut dimanapun sehari penuh. Sebagai perbandingan, ongkos bus normal dewasa satu kali perjalanan sebesar 200 yen, sementara anak SD ke atas 100 yen.
  • Pemerintah Jepang menyiapkan banyak taman tempat anak-anak kami bermain secara gratis di berbagai kawasan. Taman-taman tersebut dilengkapi dengan berbagai fasilitas bermain yang sangat disenangi oleh anak-anak. Sehingga kami merasa nyaman untuk merencanakan rekreasi keluarga yang menyenangkan bersama anak-anak kami.
  • Pemerintah Jepang telah menyiapkan sarana transportasi yang sangat nyaman dan memadai untuk mobilitas kami selama berada di Jepang

Sehingga patutlah kiranya saya mengucapkan rasa terima kasih  yang begitu besar kepada pemerintah Jepang yang telah memperlakukan kami dengan  sangat-sangat baik meskipun kami merupakan warga pendatang di negeri ini. Arigato  Gozaimasu.

WAKU-WAKU PLAZA, salah satu kegiatan extra DI SEKOLAH Jepang

Posted in pengalaman di negeri sakura on Agustus 11, 2011 by yardapoteker

             Sejak minggu terakhir Juli lalu, anak saya yang sudah beberapa bulan belakangan ini menikmati kegiatan bersekolahnya di salah satu sekolah dasar milik pemerintah Jepang, memulai liburan musim panasnya sampai akhir Agustus nanti. Liburan musim panas tahun ini terasa tepat waktunya karena bertepatan dengan pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan, sehingga akan sangat memudahkan bagi anak-anak Muslim yang akan menunaikan ibadah puasanya, termasuk putrid saya yang cantik jelita. Bisa dibayangkan betapa berat dan melelahkannya bagi anak-anak yang masih belajar berpuasa tersebut jika mereka harus melaksanakan kegiatan puasa ditambah dengan kegiatan sekolah di tengah musim panas yang begitu membuat gerah bumi Sakura.
Setelah lebih satu minggu anak sayua menikmati masa liburannya di rumah, saya dan istri merasa bahwa waktu yang harus dijalani oleh anak kami tadi begitu panjang jika tidak diisi dengan aktivitas yang bermanfaat. Kami merasa sangat beruntung karena putri kami ini senang dengan kegiatan membaca, menulis dan menggambar. Tetapi tetap saja bahwa waktu seharian masih terlalu luang baginya jika hanya diisi dengan ketiga kegiatan tersebut. Sehingga waktu yang luang lebih banyak digunakannya untuk bermain. Memang tidak ada yang salah dengan bermain. Tetapi tentunya kegiatan tersebut harus juga memperhatikan alokasi waktunya. Hal ini membuat saya dan istri berfikir untuk memberikan kegiatan tambahan bagi anak kami tadi. Kegiatan tambahan yang bersifat lebih terarah dan memberikan manfaat yang lebih optimal baginya.
Pilihan kami jatuh kepada kegiatan waku-waku di sekolahnya. Yaa, beberapa waktu sebelum masa libur tiba, kami mendapatkan beberapa surat dari sekolah yang salah satunya tentang waku-waku plaza. Setelah saya menanyakan tentang surat tersebut ke salah seorang teman Jepang, saya jadi tahu bahwa waku-waku adalah bentuk kegiatan luar sekolah yang menekankan kegiatan anak-anak sekolah dalam bentuk belajar sambil bermain. Saya pun akhirnya datang ke sekolah dengan maksud untuk mendaftarkan anak saya tadi. Kegiatan waku-waku tersebut selama musim panas berlangsung dari pukul 08.30 sampai 17.00 yang bertempat di salah satu ruangan yang ada di gedung sekolah. Dengan beberapa pertimbangan, kami memilih hari Senin sampai Jum’at pukul 13.00 – 16.00 untuk putri kami. Saat melakukan pendaftaran tersebut, saya melihat ada puluhan anak-anak sekolah dasar yang menurut perkiraan saya berasal dari berbagai tingkat kelas, sedang melakukan beberapa kegiatan. Biaya pendaftaran sangatlah terjangkau yakni 600 yen. Di samping itu jika ada kegiatan-kegiatan yang sifatnya insidental, akan dipungut lagi sejumlah uang yang jumlahnya bisa dibilang sangatlah kecil. Seperti dua hari yang lalu dimana anak saya harus mengumpulkan 50 yen ke pengelola waku-waku untuk pelaksanaan kegiatan jalan-jalan anak-anak di area sekitar sekolah.
Hal yang membuat kami senang setelah mengikutkan putri kami di kegiatan waku-waku plaza adalah kami melihat anak kami begitu gembira setiap kali pulang dari kegiatan tersebut. Kami bisa melihat bahwa ia begitu menikmati kegiatannya di tempat tersebut. Kami juga melihat bahwa banyak manfaat yang bisa didapatkan oleh anak kami. Ia mendapatkan lebih banyak keterampilan dalam membuat berbagai prakarya. Ada saja hasil karya yang ia tunjukkan kepada saya sesampainya saya di rumah selepas dari kampus. Hasil karya yang juga dia tularkan ke adiknya di rumah.

VOLUNTER BAHASA JEPANG YANG BAIK

Posted in pengalaman di negeri sakura on Agustus 2, 2011 by yardapoteker

Bisa berkomunikasi dalam bahasa Jepang adalah salah satu keinginan kami sekeluarga yakni saya, istri dan anak-anak. Penguasaan terhadap bahasanya Kaisar Akihito ini tentunya akan menjadi salah satu kenangan sekaligus merupakan oleh-oleh yang paling berharga bagi kami nantinya setelah tiba saatnya kelak kami harus meninggalkan negeri tersebut kembali ke tanah air tercinta, Indonesia. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, kamipun berupaya untuk bisa belajar bahasa Jepang dengan berbagai cara. Diantaranya dengan mengikuti kelas bahasa Jepang gratis yang ditawarkan oleh ward office dimana kami berdomisili. Saya sendiri sudah setengah tahun bergabung dengan kelas tersebut. Walau masih jauh dari bisa, tetapi ada kemajuan yang saya rasakan. Sementara istri yang baru beberapa bulan tinggal bersama saya, juga telah merasakan bagaimana suasana kelas bahasa Jepang gratis yang digawangi oleh para tenaga sukarelawan yang sebagian besar berusia lebih dari separuh baya tersebut. Tapi sayang, karena memiliki bayi yang masih belum bisa ditinggal, maka istri saya harus rela beristirahat sejenak dari kursus yan telah satu setengah bulan dijalaninya dimana pada masa-masa tersebut ada orang tua yang bisa menjaga anak kami di rumah ketika sedang belajar. Sekarang orang tua telah kembali ke Indonesia.

Suatu ketika saya menyampaikan kepada volunteer ( sukarelawan ) yang mengajarkan bahasa Jepang kepada istri saya sebelumnya bahwa mulai Minggu sebelumnya istri saya tidak bisa lagi datang ke kelasnya dengan alasan seperti yang saya sebutkan sebelumnya. Tanpa saya duga sama sekali, ternyata volunteer tersebut yang adalah seorang wanita, menanyakan kepada saya apakah di sekitar apartemen kami tinggal ada tempat yang bisa dipakai untuk belajar bahasa Jepang. Saat itu saya jawab tidak tahu karena memang demikian adanya. Lalu sensai tadi ( begitu kami menyebutnya ) kembali bertanya pada saya tentang alamat apartemen. Setelah saya beritahukan, sensei tadi bilang bahwa ada sebuah gedung instansi publik di sekitar apartemen kami yang mungkin memiliki ruangan yang bisa digunakan untuk belajar. Gedung yang ia sebutkan yang kebetulan saya tahu, adalah sebuah perpustakaan. Ia meminta saya untuk menunggu karena ia akan mencoba mencari tahu tentang kemugkinan bisa atau tidaknya belajar di sana. Pada pertemuan kami berikutnya, sensai tadi menyampaikan kepada saya bahwa tidak ada tempat yang bisa digunakan di sana. Sensei tadi lalu minta saya untuk kembali menunggu karena ia akan mencoba mencari tempat yang lain.

Kira-kira seminggu setelah itu, Sensei tadi menelpon saya untuk memberitahukan bahwa dia telah menemukan tempat yang bisa digunakan untuk belajar bahasa Jepang. Tempat tersebut ternyata berjarak sangat dekat dengan apartemen kami, sekitar 100 meter. Tentu saja kami sangat senang mendengar informsi tersebut. Segera sensai tadi mengajak kami untuk bertemu untuk membicarakan langkah berikutnya yakni kapan kami bisa mulai dan sekaligus menunjukkan kepada kami tempat yang akan digunakan untuk belajar nantinya. Saya sempat menanyakan kepadanya tentang biaya yang mungkin perlu kami siapkan mengingat ia harus mengeluarkan biaya transportasi untuk bisa sampai ke tempat belajar yang tidak bisa dibilang dekat dari rumahnya meskipun berada di kawasan yang sama. Sensai tadi bilang bahwa kami tidak perlu memikirkan masalah biaya alias gratis. Dan akhirnya mulai hari Senin kemarin, istri dan anak-anak saya beserta satu keluarga Indonesia lainnya belajar bahasa Jepang dari sang Sensei sekali seminggu. Semoga dalam waktu yang terlalu lama kami sudah bisa ber” arigato gozaimasu “ ria di dalam keluarga.

TIP HEMAT BERWISATA DI KAWASAKI ( Jepang )

Posted in pengalaman di negeri sakura on Juli 25, 2011 by yardapoteker

Seperti biasa, ketika weekend tiba kami ( saya, istri dan ketiga buah hati ) biasanya membicarakan mau pergi kemana untuk mengisinya. Dan kemarin yakni hari Minggu, kami memutuskan untuk pergi ke Japan Open Air Museum yang terletak di salah satu kawasan Kawasaki. Kawasaki adalah salah satu kota besar yang berada di dalam naungan perfektur/ propinsi Kanagawa dan merupakan kota kedua terbesar setelah Yokohama ( ibukota Kanagawa ). Alasan kenapa kami memilih objek tersebut antara lain : pertama, istri dan anak-anak saya belum pernah pergi ke sana dan istri saya khususnya sangat ingin melihat rumah-rumah tua Jepang yang ada di dalam museum tersebut: Kedua, ada teman dari Indonesia yang kebetulan juga ingin pergi bersama ke sana : serta Lokasinya yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal kami mengingat kami masih memiliki anak yang masih kecil yang membuat kami harus berfikir panjang untuk melakukan perjalan yang jauh dan memakan waktu lama.

Objek wisata yang tidak bisa dibilang dekat dari tempat tinggal  walau masih berada di Kawasaki area, membuat kami harus naik kendaraan umum untuk mencapainya. Alternatif ini tentunya juga menjadi sesuatu yang harus kami pertimbangkan, mengingat konsekuensinya yang langsung terkait dengan besarnya ongkos yang harus kami persiapkan. Sebagaimana yang telah diketahui oleh banyak orang bahwa ongkos transportasi di Jepang tergolong mahal. Dari dua alternative yang tersedia, pilihan kami jatuh pada penggunaan bus sebagai sarana transportasi. Kami harus naik Bus sebanyak dua kali untuk sampai ke tujuan. Setelah kami hitung-hitung untuk 5 orang anggota keluarga dengan 3 orang yang wajib membayar ongkos bis karena 2 anak kami yang lain masih berusia di bawah enam tahun, kami harus menganggarkan ongkos bus sebesar 2.000 yen pulang pergi ( Dewasa 1 x Bus 200 yen sedangkan anak di atas 6 tahun separuhnya ).

Tetapi kemarin saya dan istri berniat untuk mencoba menanyakan kepada sopir Bus apakah Bus tersebut menyediakan one day open ticket. Kami berfikir untuk menayakan hal tersebut karena setelah kami beberapa kali naik bus sebelumnya, kok kami melihat ada informasi yang ditempelkan di Bus tersebut yang menurut tebakan kami informasi tersebut tentang one day open ticket tadi. Kami menyebutnya tebakan karena memang kami menebak-nebak yang disebabkan karena ketidak mampuan kami membaca dan mengartikan informasi yang ada di bus tersebut yang disajikan dalam tulisan kanji Jepang. Dan sayapun pernah sebelumnya membaca di internet bahwa bus di Jepang pun menawarkan paket-paket hemat untuk melakukan perjalanan sebagaimana halnya dengan kereta api. Nah kalau kereta api, saya sudah sering memanfaatkannya. Fikiran kami waktu itu adalah dengan membeli one day open ticket, akan ada penghematan dalam biaya transportasi, yakni dari 2.000 yen menjadi 1.250 yen ( Informasi tadi menyebutkan besarnya onkos one day open ticket 500 dewasa dan anak-anak separuhnya ). Dan akhirnya pada saat kami naik bus, saya langsung menanyakan ke sopir apakah saya bisa membeli one day open ticket. Saya bilang untuk 2 dewasa dan 1 anak. Sang sopir malah menyebut-nyebut ticket keluarga. Saya iyakan saja karena keterbatasan bahasa walaupun sekarang sudah ada kemajuan dibandingkan beberapa waktu lalu. Sang sopit tadi lalu membuka sebuah dompet yang di dalamnya saya lihat ada beberapa kartu yang mirip dengan kartu nama atau kartu ATM, lalu memberikan salah satunya kepada saya. Ketika saya Tanya berapa harganya, polisi tersbut menjawabnya 600 yen. Karena agak kurang yakin dengan apa yang saya dengar, saya kembali mengkonfirmasi tentang harga tersebut. Si sopir tetap menyebutkan besaran uang yang sama. Akhirnya saya ambil kartu tersebut, tentunya setelah membayarrnya dan seluruh anggota keluargapun akhirnya naik bus tersebut.

Saya dan istri masih merasa belum yakin apakah kartu tadi memang bisa kita gunakan seharian naik bus kemanapun, mengingat kami harus pindah rute bus. Tapi waktu kami putuskan untuk mencobanya. Sesampainya di halte dimana kami harus naik bus dengan rute yang lain, dengan agak sedikit ragu, saya coba menanyakan kepada sopir apakah saya bisa menggunakan ticket yang saya perlihatkan kepadanya. Sopir bus tersebut mengatakan boleh. Dengan perasaan senang yang tidak terkira, kami akhirnya naik bus rute kedua tersebut sampai akhirnya bus tersebut membawa kami ke objek wisata yang kami tuju. Dan setelah puas melihat-lihat rumah-rumah tua berusia ratusan tahun yang menjadi objek di museum itu, kami memutuskan untuk pulang ke rumah. Dan lagi-lagi kami bisa menggunakan ticket keluarga yang tadi sampai ke halte terdekat dengan rumah. Sungguh penghematan yang luar biasa bagi kami. Ongkos bus yang semula dianggarkan sebesar 2.000 yen, hanya terpakai 600 yen ( kurang dari 1/3 nya ). Dan kamipun sudah berencana untuk weekend-weekend mendatang,  menggunakan ticket yang sama mengelilingi Kawasaki area yang masih banyak yang belum kami kunjungi. Bus yang kami naiki tersebut adalah Bus yang memiliki logo mirip dengan logo pemerintah kota Kawasaki ( atau mungkin bus milik pemerintah ? ) dan bewarna dominan Biru. Untuk kedua rute yang telah kami lewati, kami menggunakan bus dengan warna dan logo yang sama karena pada ticket yang kami pegang juga terdapat gambar dan logo bus yang sama. Kami berfikir saat itu mungkin ticket tersebut hanya berlaku pada bus yang sama. Yang saya tahu ada dua bus yang beroperasi di Kawasaki, bewarna biru dan merah. Kedua bus tersebut berasal dari perusahaan yang berbeda

Catatan kaki ( update per 8 Desember 2011 )

  • Tiket keluarga tadi hanya bisa digunakan pada bus milik pemerintah Kawasaki ( Kawasaki City Bus )
  • Cukup banyak wilayah di area Kawasaki yang bisa dijangkau dengan menggunakan Bus ini.